Rabu, 17 April 2013

Mari MERESPON :)


“Menggagas Renaisans Budaya Sunda”
                                                                                                                                   
Perlunya Renaisans dalam budaya Sunda ditanamkan kepada setiap masyarakat yang terkait, khususnya generasi muda untuk meningkatkan semangat mereka dalam rangka mencapai suatu Renaisans tersebut.  Manusia hidup dalam dua bahasa, yakni bahasa verbal yang berupa lisan dan tulisan, maupun bahasa nonverbal yang berupa lambang-lambang atau kode-kode tertentu.  Keduanya merupakan bahasa yang dipakai di masyarakat sesuai dengan keperluannya masing-masing.  Antara bahasa lisan maupun bahasa tulis keduanya harus seimbang dan masuk pada kriteria baca-tulis yang madani guna mencapai tujuan yaitu berupa Renaisans budaya.
Saya pribadi kurang setuju dengan pendapat Prof. A. Chaedar Alwashilah dalam bukunya yang berjudul “Pokoknya Sunda”, yang mengatakan bahwa “Dalam sejarahnya, manusia hidup dalam bahasa lisan, yakni hidup dengan komunikasi bersemuka.  Sekarang pun manusia modern hingga akhir zaman tidak dapat hidup tanpa komunikasi lisan”.  Pendapat beliau menurut saya kurang bijaksana, karena penggunaan bahasa bagi seseorang bukan hanya mutlak kepada bahasa lisan saja, tetapi tergantung pada situasi dan kondisi seseorang tersebut.  Orang yang tidak bisa berucap, tidak akan mungkin memilih bahasa lisan sebagai alat komunikasinya. Tetapi mungkin ia lebih memilih bahasa seperti bahasa tubuh atau bahasa isyarat untuk lebih memudahkannya dalam menjalin sebuah komunikasi dengan orang lain.  Jadi dalam sejarahnya, manusia hidup tidak dalam budaya lisan saja.  Tergantung pada kondisi seseorang tersebut.
Mengenai pendapat beliau yang mengungkapkan bahwa tulisanlah yang melahirkan modernisasi, saya sependapat karena terbukti setelah ditemukannya mesin cetak yang dapat menciptakan bacaan-bacaan yang berkualitas serta menarik, akan lebih meningkatkan minat baca masyarakat sehingga pengetahuan pun bertambah dan renaisans bukan hal yang sulit lagi untuk dicapai dengan diiringi modernisasi. Serta tersedianya bacaan yang sudah didokumentasikan ke dalam surat kabar, artikel, majalah, novel, puisi, dan lain-lain semakin mendukung untuk proses renaisans tersebut.   Memang tradisi lisan dalam bentuk peribahasa, pantun lama, kisah, mitos, dan sebagainya merupakan warisan yang sangat berharga sebagai peninggalan kebudayaan yang sebagian terdokumentasikan, dan sebagian lainnya lenyap.  Ini bukan hanya tugas Masyarakat Penaskahan Nusantara (Manasa) saja untuk mendokumentasikannya, tetapi ini adalah tugas seluruh masyarakat dari generasi mana pun untuk mengabadikan tulisan-tulisan terdahulu yang mungkin lenyap dimakan waktu tersebut.
Upaya meningkatkan vitalitas bahasa Sunda, khususnya dalam bahasa tulis, tidak harus menciptakan buku filsafat, politik, dan teknologi dalam bahasa sunda, tetapi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang lebih sederhana terlebih dahulu, seperti membuat puisi, cerita pendek, dan atrikel yang menarik dalam bahasa sunda, sehingga pembaca menyukai tulisan dalam bahasa sunda.  Dan ketika publik sudah tertarik dengan bacaan yang sederhana yang memakai bahasa sunda tersebut, maka dimulailah menciptakan buku-buku yang berbobot ke dalam bahasa sunda.
Dari sinilah renaisans budaya Sunda dimulai dan dikembangkan ke dalam konteks yang sesuai dan serasi dengan keadaan masyarakat sekitar.  Melalui keempat jurus yang telah disebutkan oleh penulis buku “Pokoknya Sunda” tersebut, sudah sepantasnya bahasa sunda mampu bersaing dengan bahasa Indonesia walaupun pada hakikatnya tidak akan bisa sejajar dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia.






“Sekali Lagi, Renaisans Budaya Sunda”
                                                                                                                                   
Ungkapan dalam bahasa Sunda “Caina herang laukna beunang” menjadi cerminan mayoritas penduduk Sunda dan tentu berkebudayaan Sunda.  Anggota DPRD Jawa Barat memang mayoritas bukan penduduk Sunda.  Tapi bukan berarti mereka kurang hirau untuk memperjuangkan agenda-agenda kebudayaan seperti yang diungkapkan penulis dalam wacana tersebut, hanya saja mereka lebih mementingkan bahasa persatuan agar lebih dimengerti oleh semua masyarakat di Indonesia. Dan semboyan mereka sebagai bangsa Indonesia tetap Bhineka Tunggal Ika.
Saat bertutur kata menggunakan bahasa Indonesia, kadang muncul beberapa kata dalam bahasa daerah, hal ini semata-mata untuk mempertegas ucapan yang dalam bahasa Indonesia tersebut, sekaligus mencirikan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan bahasa.  Memang bahasa daerah sewaktu-waktu diperlukan dalam penambahan komunikasi bahasa Indonesia, ini bukan berarti bahasa Indonesia tidak mempunyai banyak kosa kata, tetapi seperti yang telah dikatakan sebelumnya, hanya untuk mempertegas dan memperkuat ucapan.
Di samping itu, saya setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa “Membangun budaya adalah membangun pendidikan. Dan ruh pendidikan adalah baca-tulis”.  Karena membaca dan menulis merupakan vitalitas pendidikan.  Kebudayaan dan sejarah bangsa dapat dikatakan sudah maju, bercermin dari kemampuan masyarakatnya dalam membaca dan menulis.  Baca-tulis menjamin seseorang berpendidikan.  Karena pada wacana “Sekali lagi Renaisans budaya Sunda” dikemukakan bahwa dalam majalah basis dilaporkan masih kuatnya budaya ngerumpi atau menggosip menguatkan ketinggalan kita dalam dunia pendidikan yang berbasis baca-tulis.  Maka, dalam upaya mencapai Renaisans yang benar-benar Renaisans ini, perlu adanya perubahan dengan meniru budaya Eropa yang sudah terlebih dahulu maju.  Karena istilah renaisans ini pada intinya sama, yakni gerakan penyadaran akan pentingnya baca-tulis dan dokumentasi pengetahuan, termasuk di dalamnya pengetahuan para pendahulu yang hampir terlupakan.
Buku-buku yang ditulis ke dalam bahasa sunda, sebagai salah satu bukti bahwa bahasa daerah telah berkembang dan ada peningkatan dalam penggunaannya, karena literasi sudah semakin menjadi hal yang paling penting dalam perkembangan kebudayaan menjadi sesuatu yang modern.  Dan patut disyukuri kalau masyarakat masih mengenal kebudayaan daerahnya, karena itu merupakan jati diri yang unik dan tidak akan pernah memudar dalam jiwa masyarakat tersebut.  Serta tokoh-tokoh yang terkenal dengan budaya orang sunda seperti Si Kabayan dan Si Cepot begitu menarik karena tokoh tersebut identik dengan watak orang yang santai, tidak serius, dan mengundang tawa, mungkin tokoh tersebut cerminan dari masyarakat sunda pada saat itu.
Dalam hal lain, belum adanya seorang Doktor di sebuah perguruan tinggi UPI dan Universitas Padjajaran yang disertasinya membahas “sastra” Sunda, bukan merupakan adanya kemandulan akademis, tapi saya rasa itu bukanlah hal yang sangat penting dan tidak termasuk pembelajaran di suatu Universitas maupun Perguruan Tinggi, tetapi sastra dan budaya sunda lebih tepat diajarkan di luar dari dunia pendidikan umum.  Bukankah sastra dan budaya bisa dipelajari di kalangan masyarakat?   Khususnya di kalangan para petua-petua atau sesepuh agar lebih memahaminya.  Jadi, saya kurang sependapat dengan penulis wacana “Sekali Lagi, Renaisans Budaya Sunda” yang menyebutkan adanya kemandulan akademis  karena belum adanya Doktor yang disertasinya membahas mengenai “sastra” Sunda tersebut.

Kamis, 04 April 2013

THE SEVENFOLD REVENGE BY THE MONSTER OF WOLF


Long time ago, in a small house there was a huntsman who had a child daughter named Little Red Riding Hood, you was dubbed this name because you were happy wore a scarf.  You are not only the sweetest girl but also kindly.  Everyone loved you; you always fell happy with your family.  It’s very different from my life when something happened because of your father.
Formerly, your father who was a hunter went to my forest what I lived with my beloved son.  He found my beloved son who was playing under the trees, your father killed him by a spear on his hand to take his skin to be your clothes that you wore.  Since then, I preserved a grudge to you and your whole family.  You must fell what I felt before. 
One day, you went to the jungle that I lived, you take some of woods to cook your food for your grandmother when you visited her house.  I met you there.   Did you know?   My sensitive character appeared when I saw you, I always remember about that happen and you would be my dessert.

“Did you know?  Your father was killed my beloved son in the last!  And now you come to my jungle that I lived and you take some of woods there.  You destroyed my lived!” Said the wolf
“I’m very sorry, I didn’t know everything about that happen, and I was very little at that time.  And now, I just take little of your woods that you lived.” Said the Little Red Riding Hood.
“Maybe you wouldn’t know about it, but your father knew clearly.” Said the wolf.
“Forgive me, I knew that you are kindly wolf.  We could be a friend maybe, I gave you my word that I would obey all of your command!  Please, don’t kill me.” replied Little Red Riding Hood.
“I never want anything from you! I just want made you for my dinner tonight!” snarled the wolf. 
“Oh no!” said Little Red Riding Hood.
When the wolf would strike little girl, he slipped away on a shrub.  He screamed and asked the little girl to help himself.  And then the little girl helped him, she held out a piece of wood to the wolf.  He finally rose to the surface with the help from a little girl.  But he didn’t give up, he struck her again.
“This is my sevenfold revenge from my beloved son to you, Little Red Riding Hood!  It’s being your suffering!  You have never felt it before! Said the wolf angrily.
You ran up faster to your grandmother’s house and called someone who can help you.  But I wouldn’t let you free. 
Fortunately, there’s a huntsman, he was seeking some fruits and vegetables around the trees.  You asked a help to him and he was ready to help you killed the wolf.  The wolf arrived by saw you with a huntsman.
“O oww, I think this is not a good time that I had delicious dessert tonight.  I’m not scary with someone who was with you now, but I had trauma with a huntsman.  May be next time I killed you certainly, girl!” said the wolf.  After that, the wolves ran away faster and leave them.
You said thank you to the huntsman and collected the woods and some fruits together with him.  You were too busy.  You forgot about your grandmother in her house.  You leave her alone, and it’s the time to eat and killed her to be my lunch today.  I went away to your grandmother’s house to kill her cruelly.  This is one of parts from my revenge to your beloved family. 
I arrived in your grandmother’s house, I met her, and she appeared very weak and helpless.  This is a good chance for me to kill her! 
“What would you do to me, a wild wolf?” said grandmother.
“Of course, I would kill you and made you as my lunch!” replied the wolf.
“Did you know that I had a bitter flesh?” said grandmother.
“I didn’t care about that, you are nothing more than a liar like your whole family!” replied the wolf.
Immediately the wolf pounced and tore her flesh cruelly.
“I have to get her grandchild’s flesh also!”
You came to your grandmother’s house and saw that she was dead because of me.  You were very angry and invited me to make a duel fight.  You didn’t know that the wolf is wild animal.  You are arrogant child.  I would kill you with my claw and tusk!  The fight was begun, I struck you until you dead, and your blood flow on your head and your body was broke because of me.  I won this fight!  My sevenfold revenge was paid.  You’ve never though that the truth doesn’t always be a winner but the crime that very seriously would be the real winner.  You have to remember about that Little Red Riding Hood!
Finally, Little Red Riding Hood died on the hands on wolf. I leave you with your blood on my mouth and I wasn’t had revenge anymore and live happily ever after. 

Selasa, 02 April 2013

DIKSI DAN DEFINISI


1.      PILIHAN KATA ATAU DIKSI
A.        Pengertian Pilihan Kata
          Pilihan kata atau yang biasa disebut Diksi, adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan.  Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia mengarang maupun dalam dunia tutur setiap harinya.  Diksi  atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan bagaimana gaya yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. 
Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya:
1.    Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan.
2.    Kemampuan untuk membedakan kata secara tepat dan makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, serta kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
3.    menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata), serta mampu menggunakan kekayaan dari kosa kata tersebut, sehingga menjadi kalimat yang jelas dan efektif.

B.       Fungsi Pilihan Kata atau Diksi
1.        Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas
2.        Untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah
3.        Untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
4.        Mencegah perbedaan penafsiran

C.       Tujuan pilihan kata
Adanya pilihan kata pada suatu bahasa, pada intinya bertujuan agar tidak adanya interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar.


Dibawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah kata dikatakan baik kalau tempat, arti, dan tepat tempatnya, saksama dalam pengungkapan, lazim dan sesuai dengan kaidah ejaan. Beberapa contoh pemakaian kata dibawah ini dapat dilihat :
a)        Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung;
contoh:  masjid raya, hakim agung, rumah besar.
b)        Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama pemakaiannya.  Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda.
Contoh: Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang, berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing.
c)        Pemakaian kata dan lain-lain kedudukannya dengan seperti.
Contoh salah:  Dalam ruang ini kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku, bangku, dan lain-lain.
Contoh benar:  Dalam ruang ini kita dapat menemukan meja, buku, bangku, dan lain-lain
d)       Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu. 
Contoh : Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00.
e)        Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda. 
Contoh : Ia mencari sesuatu, pada suatu waktu ia datang dengan wajah bersei-seri.
f)         Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.
Contoh : Ia mendapat tugas dari atasannya .
Kata daripada berfungsi membandingkan.
 Contoh : Duduk lebih baik daripada berdiri.




D.    Pilihan Kata dalam Kaidah Makna
Sebelum menentukan pilihan kata, terlebih dahulu kita harus memperhatikan masalah makna.  Makna sebuah kata atau kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.  Makna tersebut diantaranya yaitu:
1.        Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna secara eksplisit dan makna yang sesuai dengan kata yang sebenarnya serta sesuai dengan makna kamus.  Sering juga makna denotatif disebut dengan makna yang konseptual.  Misalnya: kata makan, mempunyai makna yaitu memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan.  Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain atau disebut makna kiasan. Misalnya:
-            Ibu Marcella sangat sedih karna terjerat hutang lintah darat, lintah darat di sini bukan berarti  jenis binatang melainkan memiliki arti rentenir.
-            Pegawai yang malas itu makan gaji buta. Makan di sini bukan berarti memasukan sesuatu kedalam mulut, tetapi menerima gaji.
2.        Homonim, Homofon, Homograf
Homonim adalah kata yang sama lafal dan ejaannya dengan kata yang lain, tetapi berbeda maknanya, karena berasal dari sumber yang berbeda.  Contoh:
-             Saya bisa mengerjakan tugas dalam satu malam.
-             Nani terkena bisa ular.
Kata bisa dalam kalimat pertama memiliki arti dapat, sedangkan bisa pada kalimat kedua memiliki arti racun ular.
             Homofon terdiri dari kata homo yang berarti sama dan fone (phone) yang berarti bunyi atau suara. Jadi homofon adalah kata yang sama lafalnya dengan kata lain, tetapi berbeda ejaan dan maknanya.  Contoh:
-          Bank BRI buka pukul 07.30.
-          Bang Kumis jualan bakso.
            Kata bank pada kalimat pertama berarti tempat menabung, sedangkan bang pada kalimat kedua berarti panggilan untuk laki-laki.


     Homograf terdiri dari kata homo yang berarti sama dan graf berarti tulisan.  Jadi homograf adalah kata yang sama tulisannya tetapi berbeda makna dan bunyinya.  Contoh:
-          Dia makan apel sesudah apel.
Kata apel yang pertama memiliki makna nama buah, sedangkan kata apel yang kedua memiliki makna upacara.
3.      Sinonim dan Antonim
            Sinonim adalah kata yang memiliki makna atau arti yang sama.  Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu, sehingga kalimat tersebut tidak membosankan bagi pembacanya. Contoh:
-          Organisasi tidak menyukai orang yang suka berbohong (sinonim dari kta berbohong adalah berdusta)
            Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan makna.  Contoh:
-          Suhu Korea Selatan pada saat musim salju sangat dingin (antonim dari kata dingin adalah panas).

E.     Pilihan Kata dalam Kaidah Sosial
1)        Kata Baku dan Tidak Baku
Kata baku merupakan kata yang sesuai dengan kaidah bahasa yang sudah ditetapkan, sedangkan kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang sudah ditetapkan. Contoh: 
Kalimat baku:
-          Pengemudi itu memang keterlaluan
-          Pemulung dilarang masuk kawasan ini
-          Dilarang memarkir mobil di sini!
Kalimat tidak baku: 
-          Pengemudi itu memang kebangetan
-          Pemulung dilarang memasuki kawasan ini
-          Dilarang memparkir mobil di sini!
Beberapa pilihan kata berdasarkan baku atau tidaknya kata tersebut, yang diawali dengan huruf  K, P, T dan S, tidak luluh atau lebur ketika mendapat awalan me-kan dan pe-an.
Me-kan

Tidak baku
Baku
Kader
Mangkaderkan
Mengaderkan
Kategori
Mengkategorikan
Mengategorikan
Parkir
Mamparkir
Memarkir
Papar
Mempaparkan
Memaparkan
Sukses
Mensukseskan
Menyukseskan
Seleksi
menseleksi
Menyeleksi
Terjemah
Menterjemhakan
Menerjemahkan

Pe-an

Tidak baku
Baku
Kategori
Pengkategorian
Pengategorian
Kader
Pengkaderan
Pengaderan
Parkir
Pemparkiran
Pemarkiran
Papar
Pempaparan
Pemaparan
Sukses
Pensuksesan
Penyuksesan
Seleksi
Penseleksian
Penyeleksian
terjemah
penterjemahan
Penerjemahan

2)      Kata umum dan khusus
            Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum atau luas. Contoh:  pohon, bunga, ikan, dan lain sebagainya.  Kata pohon, bunga dan ikan disebut kata umum karena masih mengandung arti yang luas dan masih banyak jenisnya, seperti pohon kelapa, bunga mawar dan ikan tongkol.
            Kata khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat khusus atau spesifik dan bermakna sempit.  Contoh:  Ibu menanam pohon apel di halaman.

3)   Kata Asing dan Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata. Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu yang sering dianggap lebih mudah adalah dengan mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal kata baru tersebut.
Contoh kata serapan dalam Bahasa Indonesia yang diambil/diserap dari Bahasa Inggris:
-          acupuncture - akupuntur
-          aerobic - aerobik
-          aquarium - akuarium
-          ballpoint - bolpen
-          business - bisnis
-          condusive - kondusif
-          conglomerate - konglomerat
-          cursor - kursor
-           glass – gelas
Ada beberapa kata juga yang diserap tanpa merubah bentuk/diserap secara utuh diantaranya yaitu: film, ice cream, internet, lift, monitor, radio, radar, unit, video, dan lain sebagainya.


2.  DEFINISI
                  Definisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal tersebut.
Ada beberapa jenis definisi, yaitu:
1.      Definisi Nominal
                  Definisi Nominal penjelasan mengenai sebuah kata dengan kata lain yang lebih dimengerti. Biasanya, definisi nominal dipakai dalam sebuah permulaan dalam suatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominal ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimilogik, definisi semantik, definisi stipulatif dan definisi denotatif.
2.      Definisi Realis
   Definisi Realis yaitu penjelasan tentang hal yang ditandai oleh suatu istilah, tetapi menjelaskan isi yang dikandung oleh suatu istilah tersebut.  Definisi realis ada dua macam, yaitu:
a.       Definisi Esensial
Yaitu penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian dasar yang menyusun suatu hal,.
b.      Definisi Deskriptif
Yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki oleh hal yang didefinisikan.
3.      Definisi Paktis
    Definisi Praktis yaitu panjelasan tentang suatu hal yang ditinjau dari segi kegunaan dan tujuan.  Definisi praktis dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a)      Definisi Operasional, yaitu penjelasan mengenai suatu hal dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metode pengukuran, serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati.
b)      Definisi Fungsional, yaitu penjelasan suatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan atau tujuannya.
c)      Dfinisi Persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat memengaruhi orang lain.  Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk, atau teknik untuk meganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu.
4.         Definisi Formal
Dalam definisi formal ini, konsep atau ide yang akan didefinisikan itu disebutkan terlebih dahulu cirri-ciri umumnya, lalu disebutkan pula ciri khusus yang merupakan sebuah pembeda dengan konsep atau ide lain yang sama cirri umumnya.  Misalnya kata bis, Bis adalah kendaraan umum yang dapat memuat banyak penumpang.  Cirri khusus yang merupakan pembeda ini dapat berupa salah satu unsur yang terdapat pada konsep yang didefinisikan itu, seperti unsur kuantitas (misalnya “Banyak penumpang” pada definisi bis tersebut), atau juga unsur tujuan, bahan, kegunaan, kualitas, dan sebagainya.